/> Kembali Turun ke Sembalun - Catatan Pendakian Gunung Rinjani #5 - Today-Dream

Kembali Turun ke Sembalun - Catatan Pendakian Gunung Rinjani #5

By today-dream - 2/25/2021 10:26:00 PM

 

cover-turun-gunung-rinjani
full-team

Rinjani seolah tiada henti menampakkan keindahannya. Setelah menempuh perjalanan turun dari summit attack, saya dan teman seperjuangan lainnya menikmati senja di Pelawangan. Ketika sampai di camp area, Amak—sebutan porter Rinjani—dengan gercep langsung menyuguhi kami dengan nasi-mie-telur. Sungguh nikmat, terasa kurang sih tapi udah dijatah jadi mesti di sumpel lagi sama bekal sendiri hehe.

 

Cuaca yang tadinya gerimis saat saya hampir sampai di camp area tiba-tiba menjadi cerah kira-kira setelah tiga puluh menit berlalu. Sunset mulai tampak di jajaran bukit yang mengelilingi Danau Segara Anakan. Tepat sekali warnyanya kuning keemasan. Moment ini kami manfaatkan untuk berfoto-foto. Benar-benar terasa lengkap di Rinjani ini.

 

sunset-di-pelawangan

Pada malam harinya saya nyamper ke tenda Kak Dwi yang meminta dikerokin karena masuk angin. Dikarenakan kurang enak badan, Kak Dwi memutuskan tidak melakukan summit attack lalu beralih menikmati Pelawangan sepanjang hari. Lepas mengerok, saya diajak bermain domino pakai kartu seketika saya teringat kartu UNO yang saya bawa. Secepat kilat saya bawakan kartu tersebut dan dimulailah persaingan sengit saling membalas dendam. Beberapa lainnya berdatangan termasuk Haziq dari tenda sebelah. Kami tetapkan aturan yang kalah akan menerima ganjaran : di-bedak-in atau di-lipstik-in. Kocak memang. Satu persatu mendapat giliran kalah, baiknya, saya enggak kebagian, wakaka. By the way, terima kasih manteman yang ikut bermain saat itu menjadikan malam dingin begitu hangat.


             


Malam yang sangat syahdu hingga membuat saya nyenyak tertidur juga karena keletihan setelah naik dan turun puncak Rinjani. Paginya saya terbangun dengan disambut cuaca yang begitu cerah. Seketika saya keluar tenda lalu melihat pakaian dan beberapa gear lainnya sudah memenuhi atap tenda untuk dijemur. Buru-buru saya keluarkan gear saya untuk dijemur juga, berharap akan kering sehingga tidak terlalu memberatkan beban keril nanti ketika turun.

 


Baca juga >> Gagal menggapai 3.726 mdpl


Matahari kian meninggi, langit kian cerah kebiru-biruan lengkap dengan awan-awannya nan cantik. Menu sarapan pagi itu menarik secara outlook, nasi goreng sayur. Lagi-lagi memang porsinya sangat pas, pengin nambah tapi apa daya enggak tega sama yang lain yang katanya juga pengin nambah, hehe. Jadi selama pendakian ini kayaknya kami kelaparan terus gaes.


sarapan-di-pelawangan

berkemah-di-pelawangan


Indahnya pemandangan pagi menjelang siang saat itu tidak bisa lagi saya ungkapkan dengan kata-kata. Benar-benar memanjakan mata. Masyaallah. Saya berkali-kali kagum. Apakah ini nyata bahwa saya sudah sampai di sini, eh, akhirnya ke sini, ke Rinjani. Suatu hal yang tadinya rasanya enggak mungkin. Tadinya pengin Semeru dulu baru Rinjani. Ketertarikan terhadap Rinjani tidak sekuat ketertarikan kepada Semeru. Tapi malah Rinjani duluan yang saya samperin. Tetap bersyukur saja, mungkin one day, I will be there, Ranu Kumbolo – Semeru – Mahameru.

 

Sinar matahari yang hangat mampu mengusir dinginnya Pelawangan. Di sisi kanan dari tenda, ada pohon-pohon tinggi yang sepertinya sebuah “sarang” pembuangan. Saya yang kebelet langsung menyendiri masuk ke sana. Ternyata benar adanya, tisu dimana-mana, seperti namanya ya “sarang pembuangan akhir”.

 


Kemudian saya ikut geng Karawang yang berjemur tidak jauh dari lokasi pohon itu. Karena adem jadi kami gelar matras di sana lalu tidur-tiduran sambal ngobrol dan nyemil. Tak lama datang seekor monyet yang mengintai cemilan. Tak tega, kami coba beri sedikit namun seorang teman mengingatkan untuk tidak terlalu kasihan karena khawatir akan menjadi kebiasaan bagi mereka. Memang sudah jadi hal biasa jika teman-teman sekalian sangat mudah menemukan monyet di Pelawangan. Mereka terkenal suka mengintai lalu mengambil makanan di dalam tenda. Jadi, selalu berhati-hati saja agar tidak kelaparan berlarut-larut. Di Pelawangan enggak ada warung soalnya, eh bukan, tepatnya di pendakian Rinjani enggak ada warung.

 

Baca juga >> Terjebak luapan air bah di pos 3 Rinjani - Sembalun

 


Sekitar pukul delapan pagi kami sudah diminta prepare packing untuk turun. Jika saat itu pukul delapan, maka di Jakarta pukul tujuh. Hmm, memang direncakan bahwa kami akan turun di pagi hari mengingat jalur turun ke Sembalun cukup panjang. Kami bergegas mengepak barang-barang ke dalam keril. Sebelum turun tentu tidak lupa untuk berfoto bersama semua personil yang kurang lebih lima puluhan jumlahnya. Rame yahh.


              


Beberapa Amak sudah lebih dulu turun dengan membawa banyak perlengkapan dapur. Beliau-beliau turunnya masih dengan setelan sarung dan sandal jepit swallow. Kayaknya brand satu ini tidak asing lagi bagi mereka. Dengan sigap mereka turun dengan santuy  meninggalkan kami yang masih terbata-bata dengan jalurnya. Saya mencoba menyeimbangkan ritme langkah dengan geng Karawang, kami berlari tipis-tipis. Sesekali kami berhenti untuk beristirahat. Beberapa teman lainnya sudah melesat jauh ke bawah. Seperti uji nyali kekuatan lutut dan tumitnya.

 

amak-porter-rinjani

Tujuh Bukit Penyesalan terlalui, hingga sampai kembali di pos 3. Sungai yang dua hari lalu meluap sudah mengering sehingga kami dapat melewatinya dengan mudah. Tiap pos kami sempatkan untuk ngaso sebentar, sekadar menikmati perjalanan. Entah kapan bisa kembali kan, jadi perjalanan turun sungguh dinikmati sebaik mungkin.

 


Pukul 10.30 WITA kami hampir sampai di pos 2. Kabut mulai turun membuat jarak pandang pendek. Kami bergegas untuk tiba di pos dua sebelum hujan turun. Akhirnya dua puluh lima menit kemudian kami sampai di pondok-pondok pos 2. 



Amak-amak sudah siap dengan menu masakannya siang itu. Tidak lama saya gogoleran di pondok, sepiring mi goreng ayam datang. Kami makan dengan agresif wakaka. Lapar sekali ya Allah, mi gorengnya jadi enak tiada dua. Memang tidak diragukan, masakan Amak terkenal seantero pendaki Rinjani.

 

makan-siang-sembalun

Baca juga >> Padang Savana Sembalun

 

Tidak lama waktu berselang, kami—saya dan geng Karawang—kembali melanjutkan perjalanan turun. Perjalanan turun ke pos 1 diwarnai dengan cuaca mendung. Kami was-was akan turun hujan lebat karena awannya sangat gelap seperti ingin memuntahkan air banyak. Ternyata dugaan kami benar. Sesaat lepas landas dari pos 1, hujan turun begitu derasnya hingga membuat kami pasrah basa kuyup, sekuyup-kuyupnya. Seolah sepatu dan jas hujan tidak terlalu berfungsi lagi. Terima nasib.


Saat kami tiba di Bukit Pemanasan, hujan sudah mereda. Namun pakaian masih basah dan beberat keril terasa cukup berat karena menampung air hujan. Perjalanan ke basecamp terus kami lanjutkan dengan bersenda gurau di sepanjang jalan. Rasanya sangat lega, tiga hari perjalanan pendakian Rinjani akhirnya berujung sehat walafiat sampai di rumah singgah. Setiap detik yang berlalu sangat berharga tidak mampu dihargai dengan uang sekalipun. Experience is expensive. Antara satu pengalaman ke penglaman lainnya tentu tidak akan sama meskipun di tempat yang sama, karena waktu tidak akan pernah sama.

 

Baca juga >> Pertama kali menginjakkan kaki di tanah Lombok

 

Jika diberi kesempatan lagi, saya ingin sekali mengunjungi Rinjani kembali. Mesti nginap di danau dan via jalur yang lain. Menurut informasi yang beredar, jalur lain juga tidak kalah indah dan asyiknya. Terlebih jalur Torean dengan keindahan air terjunnya yang sangat ciamik. Jadi, apakah ada yang tertarik join bareng? Gaskeun lah hayuk.

  • Share:

You Might Also Like

12 silakan tinggalkan komentar ya teman pembaca :)

  1. Wahhh... Sebenarnya 3 hari belum bisa puas nggak sih kalo Rinjani tu. Apalagi kalo ke Danau, ikannya keknya unlimited, belum lagi terapi di pemandian air panas. Yuk bales lagi Kak kapan2 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Agam Ray Waladi..terima kasih sudah berkunjung...

      Absolutely, true! Enggak cukup pokoknya deh, hehe. Biasanya habis 5 hari hari kalau include camp 2 danau, terlebih kalo turunnya via senaru, jalurnya lebih panjang dan agak berat kalo ditempuh dari danau - harus naik dari danau dulu kan.

      Udah masuh wishlist sih biar ke sana lagi.

      Apakah Agam Ray Waladi udah pernah ke Rinjani kah?

      Delete
    2. Alhamdulillah sudah 2x. Terakhir November tahun lalu, cuman belum sempet buat tulisannya hihi. Keren banget kak tulisannya komplit dan foto-fotnya ajib banget. 😀

      Delete
  2. Waah nov lalu ke sana ... Seperti apakah rinjani setelah saya 1 th ke sana yah..ditunggu tulisan rinjani nya yah

    ReplyDelete
  3. Replies
    1. Hi kak nurrahmah widyawati..terima kasih kak :'D

      Delete
  4. Wuih .. serasa diajak nanjak ke Rinjani baca tulisan ini. Foto-fotonya pun bagus sekali 👍😍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi kak mizzyani 😊 terima kasih sudah berkunjung..

      Delete
  5. Duh cakep banget pemandangan dari atas ke danau segara anakan. Jadi kangen Gunung RInjani.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi mbaa, terima kasih sudah berkunjung😁

      Iyaya mbaa bagus banget, setiap sudut Rinjani pkoknya cakep cakep, saya masih belum ke danau, ayo ke Rinjani lagii mbaa..

      Delete
  6. Wah jadi nyesel waktu ke Sembalun gak naik Rinjani. Next wajib sih ke Rinjani

    ReplyDelete

silakan boleeh komentar yaa