/> Menuju Puncak Rinjani – Catatan Pendakian Gunung Rinjani #4 - Today-Dream

Menuju Puncak Rinjani – Catatan Pendakian Gunung Rinjani #4

By today-dream - 2/03/2021 11:59:00 PM

menuju-puncak-rinjani-header-cover


Menuju Puncak Rinjani – Pendakian Gunung Rinjani mungkin menjadi salah satu pendakian yang begitu berkesan bagi saya. Dari awal merencanakannya saja, moment menuju puncak sudah menjadi fokus utama. Yap, tiap kali akan summit attack, perasaan saya selalu saja tak karuan alias deg-degan. Pertanyaan besar yang selalu menghantui : Apakah bisa? Bisa tidak ya?. Terlepas dari itu semua, seperti biasanya saya tentu sudah googling mengenai kondisi jalur. Berbekal informasi dari artikel, blogpost, vlog hingga cerita pengalaman teman setidaknya cukup menguatkan tekad untuk menuju puncak Rinjani. 


Menginap di Plawangan 

Hampir semua peserta tidur nyenyak di dalam tenda malam itu. Perjalanan delapan hingga sembilan jam yang sudah ditempuh sebelumnya membuat tubuh amat lelah. Lepas salin ke seragam tidur (pakaian kering), Mbak Duwi – Mbak Dince – Emak dan saya langsung bersiap-siap untuk tidur. Meskipun tenda terasa sempit, karena engga ada pilihan lain kami harus memendam ketidaknyamanan. Lagi pula bersebelahan langsung dengan teman tidur di dalam tenda cukup menghalau dingin yang menusuk. 

lereng-plawangan
Plawangan



Mba duwi terus bergumam disepanjang tidurnya. Hidungnya yang tertempel koyo tak kunjung membuat nafasnya hangat. Salah satu pemicunya adalah pendakiannya ke Slamet tepat sebelum datang ke Rinjani. Kalau kata saya mah, salah satu wanita tangguh dan kuat, saya belum tentu sekuat itu, hehe. Sedang Mbak Dince yang tepat di sebelah kiri saya terus-terusan membalik badan ke kiri ataupun ke kanan. Sepertinya dia belum nyaman dengan posisi tidurnya. Lalu Emak tampak lebih menikmati tidur nyenyaknya. 

Sesekali saya terbangun lalu keluar tenda untuk panggilan alam. Kebetulan saya sudah membekali tubuh dengan celana dan jaket polar yang diluarnya tahan air dan angin. Jadinya malam itu saya tidak begitu merasakan dingin yang menusuk seperti yang dikeluhkan beberapa teman lainnya. Sepertinya layering dan pemilihan bahan seragam saat melakukan pendakian memanglah penting. 

Bersiap Menuju Puncak Rinjani 

Rencananya kami dibangunkan pukul dua dini hari. Nyatanya terbangun di pukul tiga. Panitia engga begitu tega memaksa summit lebih cepat. Seisi tenda saya bergegas bersiap untuk menuju puncak Rinjani. Mulai dari headlamp, kupluk/topi, buff, jaket, celana, trekking pole, sepatu, hingga tas bekal sudah mejeng terpasang di badan kami. Satu per satu mulai keluar tenda untuk bergabung dengan teman lain. 

area-camping-plawangan-rinjani
Area camping Plawangan di siang hari



Terlihat banyak lampu-lampu senter di kejauhan di trek summit. Ternyata beberapa peserta sudah lebih dulu curi start. Saya mulai aklimatisasi kembali agar hawa dinginnya tidak terlalu terasa. Asap mulai mengebul keluar melalui nafas pertanda suhu udara menuju dibawah 10 derajat celcius. Salah satu solusi agar badan tetap hangat adalah terus menggerakkan badan. Tim yang bersama saya saat itu adalah Emak, Mbak Dince, Mbak Duwi, Haziq dan beberapa lainnya yang saya agak lupa. Kemudian dimulailah perjuangan menuju puncak Rinjani ini. 


Melewati Punggungan Jalur Puncak

Menuju lima ratus meter pertama, jalurnya masih menyusuri area camping. Kami melalui beberapa tenda yang mana bukan peserta dari open trip yang kami gunakan. Ada tenda yang sudah kosong tertutup rapat dan ada pula tenda yang masih berpenghuni lengkap dengan cahaya remang-remang lampu tendanya. 

Langkah demi langkah kian terasa berat karena jalur mulai menanjak bukit. Kebiasaan sekali kalau baru mulai jalan pasti beberapa menit kemudian nafas gampang tersengal-sengal. Ternyata melihat teman satu pendakian yang terus berjalan maju tidak semerta-merta memunculkan rasa iri dengan kekuatan tenaganya melainkan menambah semangat agar juga bisa seirama. Begitu pentingnya saling support antar partner pendakian. 

jalur-menuju-puncak-vegetasi
Jalur awal menuju puncak Rinjani, diambil saat turun



Kondisi jalur terus menanjak tanpa ampun hingga kami menjumpai moment melewati tanjakan dengan berpegangan kepada tali. Dengan sekuat tenaga saya coba angkat badan, mengingat banyak pendaki yang antri di belakang. Cobaan itu akhirnya terlewati. Alih-alih mendapat bonus, tanah berpasir lah yang dijumpai lepas dari titik ini. Tanpa sadar ternyata kami sudah tepat berada di punggungan lereng puncak Rinjani. Jurang tepat berada di sebelah kiri namun jika condong ke kanan tidaklah ada jalur yang terbuka melainkan hanya ada bebatuan yang cukup besar. 

Kontur tanah berpasir cukup menyulitkan langkah. Naik satu langkah bisa-bisa turun dua hingga tiga langkah. Kaki sungguh berjasa pada moment ini. Ingin hati tidak mau menyulitkan langkah pendaki yang di belakang, namun naik satu langkah pun terasa berat. Lumayan sering kami berhenti sejenak menghela napas panjang kemudian meneguk air minum. 

jalur-puncak-berpasir



Dingin yang begitu menusuk membuat saya sendiri tidak begitu fokus dengan kondisi sekitar. Tanah berpasir tak kunjung berlalu hingga kami sampai di batas vegetasi yang tepat sekali berada di tepian lereng pegunungan. Tiga langkah dari posisi saya berdiri adalah jurang lepas yang berhadapan langsung dengan Gunung Baru Jari. Kami memilih menepi agak lama di sini untuk tidur. Kantuk yang luar biasa tidak bisa lagi dibendung. 

menuju-batas-vegetasi
Mendekati batas vegetasi



Summit Attack Puncak Rinjani 

Meskipun dari jalur tadi sudah dimulai suka-duka summit attack-nya, sebenanya yang menjadi tantangan terberat bagi saya adalah jalur setelahnya. Kontur tanah masih sama berpasir dan berbatu kerikil, hanya saja angin kencang kerap sekali datang tanpa diundang. Kami berjalan sungguh pelan seperti siput. Meski elevasinya tidak securam trek sebelumnya, kualitas tenaga lah yang menjadi halangan berikutnya. Jalur sebelumnya cukup menguras tenaga. Sesekali saya cemil kurma dan coklat yang saya kantongi di dalam tas gunung kecil agar tenaga kembali terisi. 

Cahaya matahari perlahan-lahan mulai muncul pertanda subuh akan usai. Sekali lagi kami berhenti untuk tidur beberapa menit hingga rasanya tidur adalah nikmat dari segalanya saat itu. Tak lama kami lanjutkan kembali summit attack ini khawatir hipotermia jika badan tidak bergerak. Puncak Rinjani memang belum terlihat seutuhnya karena dia berada tepat setelah jalur E. Dari posisi kami berdiri saat itu yang terlihat hanya jalur E yang saya pikir itulah puncak Rinjani, padahal bukan. 

jalur-puncak-leter-e
Menuju jalur E



Kaki terus saja saya kayuh sedemikian kuat sisa tenaga. Angin silih berganti menyapa. Hingga satu per satu tim yang berbarengan dengan saya tadi mohon ijin untuk terus melaju ke depan sedang beberapa lainnya ternyata ada yang tertinggal di belakang memilih untuk lebih santai. Tepat sekali pukul 05.30 waktu setempat, saya berhenti menanjak untuk yang terakhir kalinya. Dengan memerhatikan sekeliling sejenak, makin mantap hati saya untuk ngaso di ketinggian 3.400-an ini. Satu hal yang terlupa saat itu adalah tas bekal saya kebawa Haziq melenggang ke puncak Rinjani. 

pemandangan-di-jalur-puncak



pemandangan-rinjani


Sejauh mata memandang tampaklah Gunung Baru Jari berdiri di tengah Danau Segara Anakan. Kemudian di sana lah berdiri bukit-bukit dengan jurang tinggi mengelilingi danau. Jika saya berjalan empat langkah ke depan maka bisa ditemui jurang yang menganga sepanjang tepian punggungan jalur. Mata saya liar mencari-cari ke arah jalur yang sudah terlewati. Menakjubkan. 

pemandangan-puncak-rinjani



Keindahan Puncak Rinjani 

Menikmati pemandangan di ketinggian 3.400-an saya akui adalah salah satu nikmat yang layak disyukuri. Meski tidak bisa mencapai 3.700 mdpl, saya sudah merasa begitu cukup. Saking udah kelewat senangnya, saya tidak mau beranjak. Bujuk rayu agar terus lanjut dari dua orang panitia open trip yang ikut menemani saya saat itu tidak mempan. Alih-alih mengiyakan bujukan, malah beliau berdua ikutan ngaso hingga ketiduran satu jam lamanya. 

Jalur E yang khas dengan tanah oranye kemerahannya memang tepat sekali berada di depan mata. Cukup lewati tumpukan batu besar maka dimulailah jalur E tersebut. Lalu naik 300 meter lagi atau sekitar paling lama dua jam maka akan sampai di puncak tertinggi ke-3 Indonesia itu. Namun saya tetap urungkan niat. “Di sini saja udah bisa kok ngeliat Gunung Baru Jari, Danau Segara Anakan dan tebing-tebing yang mengelilinginya”, ucap saya mencari-cari alasan logis, hehe. 

jalurE
by Bang Riki



Menuju pukul delapan pagi, Bang Adul menghabiskan waktu dengan tidur berselimut kain sarung. Sedang Bang Riki sang fotographer sesekali mencoba mencari signal untuk menghubungi sang kekasih. Lalu saya terus memerhatikan awan-awan silih berganti menuju tengah danau. Saat tepat sekali akan berada di tengah, awan-awan itu seketika hilang kemudian digantikan dengan awan lain yang baru saja datang. Begitu seterusnya tanpa pernah ada awan yang berhasil melewati area tengah danau yang dekat dengan puncak Gunung Baru Jari. 

bersantai-di-jalur-puncak-rinjani
Tempat ngaso terlamaa - jaket dijemur semua karena cuaca sudah mulai panas



Setelah berlama-lama dengan awan yang unik tadi, saya alihkan pandangan mata menuju 180 derajat ke arah belakang saya. Entah berapa kali saya terus terpesona mengucup syukur dengan hati senang. Jika dari sisi ini terlihatlah hamparan hutan hijau jalur pos 3 – pos 1. Di ujung garis pemandangan tersebut barulah saya sadar bahwa saya bisa melihat hamparan laut yang nyaris terlihat seperti langit saking birunya. What a beautiful scenery! Komplit. Gunung di tengah danau biru yang dikelilingi pegunungan bertebing tinggi persis seperti pemandangan di Pegunungan Alpen yang saban hari saya lihat di google.

indahnya-rinjani


 
bersantai-di-puncak
Ketiduran satu jam


Kembali ke Plawangan 

Langit begitu cerahnya hingga saya suka sekali dengan kebiruannya. Membuat saya betah sekali berlama-lama. Rasanya engga mau turun. Di pukul delapan pagi itu sepertinya teman seperjuangan tadi sudah tiba di tujuan bonusnya, Puncak Rnjani. Tak mengapa bagi saya, tas gunung kecil saya yang terbawa Haziq cukup sekali mewakili saya untuk berada di sana, hehe. Hanya saja saya jadi kelaparan karena kurma dan coklatnya ikut ke puncak dong. 

puncak-rinjani
Sebahagian -  Selamat Emak luar biasaaaa

selamat-summit
Foto oleh Haziq

indonesia-malaysia-di-rinjani

tim-sukses-summit
Congraaats team! Kayaknya ini udah jam 10-an jadinya dapet tembok



Tak lama kemudian, satu per satu terlihatlah peserta open trip mulai turun kemudian ikut singgah di tempat saya, Bang Adul dan Bang Riki beristirahat lama. Ada yang bercerita hanya sebentar saja di puncak karena area nya sempit. Ada pula yang bercerita tidak jadi sampai di puncak meskipun telah berada di jalur E. Dan tentu ada pula yang bercerita sudah begitu lama berada di puncak saking terlalu cepat sampai. 

berfoto-bersama-di-rinjani



Pukul 08.45 saya dan beberapa teman yang singgah tadi memutuskan untuk turun. Sebagian besar teman open trip masih berada di puncak. Perjalanan turun ke Plawangan tidak lah semerta-merta mudah. Kami kembali dihadapkan dengan kontur tanah yang berbatu kerikil dan berpasir. Kondisinya seperti turun dari puncak Gunung Guntur via Citiis. Kehandalan tumit dan lutut sangat diharapkan ketika turun. Juga harus bisa menyeimbangkan tubuh agar tidak terjerembab masuk ke jurang. Kurang lebih dua jam berlalu baru lah kami sampai di camp area Plawangan yang disambut kabut pertanda gerimis akan turun. Pengalaman menuju puncak Rinjani tiada pernah terlupakan. 

Penutup 

Beberapa hal yang ingin saya sharing kepada soba-sobi pembaca terkait summit attack Rinjani agar dapat mempersiapkan dengan lebih baik adalah: 
  1. Pastikan memantau kondisi cuaca sebelum start summit, kencangnya angin di sepanjang jalur menuju puncak kerap kali menjadi kendala karena dikhawatirkan bisa terbawa terpaan angin. Kanan dan kiri jalur adalah jurang yang menganga. 
  2. Start summit boleh jadi dimulai pada tengah malam hingga dini hari. Pastikan bersama dengan tim. 
  3. Bekal logistik yang cukup. Cukup disini maksudnya minimal untuk diri sendiri yah. Jikalau bisa bawa lebih karena saking udah biasa bawa berat-berat dibolehkan sekali. Itung-itung bisa berbagi dengan teman lainnya nanti. Kita engga tau gimana kondisi di jalur. Pengalaman saya saat summit sering bawa cemilan kurma, madu, dan coklat. Ada ide lagi kah logistik yang bisa dibekal saat summit? Silakan boleh tulis di kolom komentar yaaah.
  4. Trekking pole sungguh membantu saya saat menuju puncak Rinjani. Jalurnya yang sangat mirip dengan jalur menuju puncak Mahameru akan terasa lebih mudah jika dibantu oleh trekking pole. 
  5. Kalau engga berniat gosong, pakailah sunblock hehe.
  6. Perhatikan detail seragam yang dikenakan, sebaiknya memakai seragam lengkap : 
  • Penutup kepala atau buff, untuk melindungi dari angin dan cahaya matahari.
  • Layering baju – jaket. Sebaiknya pakai jaket waterproof untuk menggantikan fungsi jas hujan dan windbreaker untuk menahan godaan terpaan angin.
  • Celana waterproof, sekali lagi untuk menggantikan fungsi jas hujan. Jadi soba-sobi engga perlu bawa-bawa jas hujan.
  • Sepatu gunung. Sangat-sangat tidak direkomendasikan memakai sandal ataupun sepatu selain sepatu gunung. Kalau porter mah udah biasa karena beliau-beliau warga setempat yang sudah berpuluh-puluh kali mendaki Rinjani dan tahu medan.
  • Pakailah gaiter agar pasir dan kerikil kecil tidak mudah masuk ke dalam sepatu. Engga enak dong pastinya kalau sebentar-sebentar memperbaiki sepatu yang kemasukan pasir atau kerikil.
terima-kasih-rinjani
Ada awan yg lagi mencoba menuju atas puncak Gunung Baru Jari



Jika ada tips lainnya yang soba-sobi ingin tambahkan, manggga boleh tulis di kolom komentar…
Terima kasih sudah membaca sampai di sini… 

Sampai jumpa di Catatan Pendakian Gunung Rinjani Part 5 mengenai perjalanan turun ke basecamp Sembalun.

ttd.
sonyaaa

  • Share:

You Might Also Like

3 silakan tinggalkan komentar ya teman pembaca :)

  1. Wah luar biasa banget kak bisa ke puncak rinjani

    ReplyDelete
  2. FIX ini aku jadi semakin semangat untuk mendaki Gunung Rinjani..
    Seru bangeeet aku baca ceritamu ini mbak Sonyaaa~ serasa sedang mendaki bareng hehe (minus capeknya sih haha)

    Pastinya seneng banget ya untuk medaki Gunung Rinjani dan mendapatkan view yang waaaw.. terlihat anak krakataunya lagi huaaa aku jadi pengeeen banget.
    Coklat dan kurmanya pasti juga rasanya enak banget ya kalau pas di puncak haha
    Apalagi tidur siang dipuncak, duh itu kenikmatan yang hqq pastinya

    Seruuu mbak, thanks for sharing tips dan triknya juga ya! Noted kalau nanti aku suatu hari nanti mengunjungi Gunung Rinjani 😍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hii selamat datang kembaliii,


      Yo ayoo ke rinjani, ku juga mau lagiiiiii, masih belum kesampaian camp di danauuu

      Delete

silakan boleeh komentar yaa