Catatan Cacing #2 - Mengonversikan Rasa - Ini adalah tulisan perjalanan rasa yang
tak tahu dimulai sejak kapan, dimana dan apakah akan berakhir entah seperti apa
atau hilang begitu saja. Rumit memang menelaah rasa, apalagi menulis
tentangnya. Bagaimanapun keadaannya rasa akan tetap ada, tapi ia tak
abadi.
Sebagai pembukaan, aku akan memberimu
sedikit kegelisahan tentang rasa; rasa pastinya diciptakan. Sistem seperti apa
yang bisa menghasilkan rasa yang baik? Lalu bagaimana cara merawatnya? Apakah
rasa bisa dirawat? Dengan apa? Jika rusak, apakah ada semacam tombol “atur
ulang” untuk rasa?
Kita tahu yang selama ini sukses
menghasilkan rasa dengan sangat baik ialah otak, ia mengirimkan perintah ke
indra atau organ lain agar bisa merasa (begitulah kata ilmuan). Tapi
apakah sudah pantas ilmuan mendeklarasikan otak sebagai penghasil rasa?
Bukankah ia hanya memerintah?
Itulah sedikit kegelisahan tentang rasa
untuk kalian. Renungkan. Dengan segenap renung; maka rasa ialah yang
dimiliki setiap atom pembangun organ di semesta tubuh dan batin penghidup jiwa
yang menyeluruh dari yang kalian sebut manusia.
Rasa sudah dimiliki setiap atom
pembangun organ tubuh manusia, otak hanyalah pipa-pipa sambung yang
mempertemukannya dengan kesadaran yang juga dapat dipengaruhi rasa. Rasa
sangat dipengaruhi oleh keadaan, seperti bunglon yang akan berubah melapisi
setiap membran organ mengikuti yang disentuhnya. Lantas bagaimana mengatur rasa
sementara kamu tak sama sekali mampu memanipulasi keadaan? Bagaimana jika
keadaan membuat rasamu berwarna hitam sementara yang kamu kehendaki ialah
putih? Tapi darimana datangnya kehendak? Baiklah perjalanan tulisan
ini sudah sampai pada waktu dimana kamu akan kuperkenalkan pada 'hati'.
Tentang Hati
Cerita ini sudah mulai jauh. Jika kamu
ingin berhenti membaca, maka lakukanlah sekarang. Sebelum kamu semakin
jauh terseret dalam metafora apa saja yang aku tulis. Baiklah,
aku sudah memperingatimu untuk berhenti membaca. Jika keras hatimu memaksa,
untuk menjagamu agar tetap baik-baik saja, akan kujabarkan siapa hati dan
bagaimana ia bekerja.
Hati memiliki ruh yang sangat getas,
tak bisa dibengkokkan dan sangat mudah dipatahkan. Meski begitu ia dibangun
oleh bahan-bahan yang sangat keras. Hati kecil sangat keras. Hati remaja sangat
getas. Hati besar sangat dingin.
Dari ketiga usia hati di atas, sangat
berpengaruh terhadap kehendak yang dihasilkan hati. Bagaimana memperoleh
kehendak yang baik, kehendak seperti apa yang baik? Kamu harus mengenal
hati agar kehendak hatimu bisa menyesuaikan warna rasa yang
diberikan keadaan.
Selamat!
Selamat!
Kini kamu telah mengetahui fungsi otak,
menelaah lebih dalam bagaimana rasa bekerja dan mengenal apa saja sifat hati.
Maka sampailah tulisan ini pada bait-bait dimana hanya renungan menyeluruh yang
akan menjadikan tulisan ini menjadi benar-benar sebuah tulisan.
Sebagai manusia, rasa dari setiap organ
yang kita punya tak mampu memanipulasi keadaan, menolak keadaan, atau bahkan
merubah keadaan. Rasa akan selalu berubah seiring keadaan yang datang di
hadapan waktu. Maka, disana lah peran hati bekerja. Jangan sampai salah
menempatkan hatimu, jadikanlah dia hati yang selalu berkehendak baik. Menjadi
keras saat sedang berusaha, menjadi getas saat memeluk sesama, menjadi dingin
ketika berhadapan dengan omong kosong.
Mengonversikan Rasa
Jika kehendakmu tak bisa menyesuaikan
keadaan, maka itulah saat yang tepat mengonversikan rasamu setidaknya menjadi
rasa bahagia bagi dirimu sendiri. Saat itulah kamu memerlukan otak untuk
mengirimkan pesan kepada semua organ agar mereka menjadi rasa bahagia, apapun
keadaannya.
Setio Saputra (hidup ialah tentang seni
mengonversikan rasa)
Jakarta 30 Maret 2020