Salah satu teman kantor akan dinas ke Jepang selama dua tahun. Sebelum hari keberangkatan, beliau mentraktir kami bermain body rafting di Purwakarta, tepatnya pada Desember 2018 silam. Dipilihlah Hari Sabtu untuk acara tersebut. Jenis rafting yang kami mainkan saat itu adalah river tubing. River tubing merupakan olahraga sejenis rafting dengan menggunakan ban. Nah, saat itu kami pakai “Ngaprak River Adventure” sebagai operator-nya. Bisa cari di Instagram akunnya yah.
Sehari sebelumnya saya
menyempatkan diri pergi ke toko perlengkapan adventure. Menurut informasi yang saya terima, sebaiknya memakai sandal trekking ke sana. Kenapa eh kenapa?
Karena ternyata dari pos persiapan ke tepi sungai lumayan jauh. Jalurnya sempit
dan mesti melewati pematang-pematang sawah. So, better pake sandal gunung dibanding sandal swallow bagi yang sayang
banget sama kaki, hehe.
Lokasinya dimana?
Kami berangkat dari
Karawang sekitar pukul tujuh pagi setelah sarapan dengan menu soto. Mobil
bertolak masuk tol menuju Purwakarta. Dikarenakan masih pagi, kondisi lalu
lintas di tol sangat lancar. Lokasi basecamp
”Ngaprak
River Adventure” berada di daerah Wanayasa. Menuju basecamp, jalannya cukup untuk satu
mobil. Saat kami tiba di basecamp,
teman-teman lainnya sudah berada di lokasi sambil duduk santai menunggu
kelengkapan anggota.
Bagaimana keseruannya?
Kami menggunakan mobil
bak untuk menuju tepian Sungai Ciherang, sekitar tiga menit dari basecamp. Kehebohan saat berada di mobil
bak seperti moment saat di Rinjani kembali terjadi. Kami jarang sekali
naik yang beginian ya wajar kalau agak lebay
haha. Lagipula kondisi jalannya yang naik turun juga mendukung sekali untuk
teriak-teriak.
Turun dari mobil bak,
kami disambut pondok kecil yang merupakan pos tempat memasang pelampung dan
pembagian ban. Ada sedikit pengarahan dari tim “Ngaprak River
Adventure” terkait kelancaran acara di sungai nanti.
Informasinya seperti, bagaimana bentuk posisi tubuh agar bisa seimbang saat
berada di dalam ban: apa yang harus dilakukan ketika bertemu dengan batu besar
atau posisi di saat air agak dalam hingga bagaimana pertolongan pertama untuk
diri sendiri jika terpaksa terlepas dari ban.
Ngeblur semua, habis di coaching
Pastinya saya deg-degan,
pake banget haha! Secara saya sebenarnya bukan tim adventure air. Pokoknya saya agak mental lemah kalo main sama air.
Reason-nya tentu klasik sekali, enggak bisa berenang, broh. Alih-alih berenang
atau nyemplung, ngeliat kedalaman air aja udah bikin saya gugup. Ya maklum,
memang ada trauma masa kecil—didorong ke dalam kolam renang, kaget luar biasa
lalu kelelep.
Ternyata
kami harus melewati pematang-pematang sawah terlebih dahulu untuk sampai di
tepi sungai. Dengan membawa ban yang ukurannya lebih besar dari tubuh, kami
berjejer-jejer ditengah sawah. Seru sih, rasanya udah lama banget enggak main
di sawah. Dulu ketika SD, saya sering sekali main di sawah belakang rumah. Terlebih
saat musim kemarau tiba. Sawah-swah kering, sehingga banyak tumpukan jerami
sisa panen padi. Nah, tumpukan jerami inilah yang menjadi sasaran empuk saya
dan teman. Kami mencari jamur di jerami untuk kemudian ditumis. Rasanya enak, tapi
capek di nari jeraminya, eh intermezo ya hehe.
Permainan dimulai
Jumlah
kami saat itu kurang lebih 25 orang. Kami semua memakai pelampung berwarna
merah, sedangkan ada tim lain yang berbarengan dengan kami, memakai rompi
pelampung biru. Ini bukan tentang permainan adu tim. Bukan tentang tim merah
atau tim biru yang menang, melainkan hanya untuk menandakan tim yang mana agar
tidak terpisah dari rombongan.
Permainan
dimulai. Tim besar dibagi kembali menjadi kelompok kecil 3 sampai 5 orang yang
akan membuat posisi berantai antar kaki. Jadi, kaki akan diletakkan disamping
teman yang didepan, kemudian dipegang kuat agar kesan berantainya dapet.
Tibalah
giliran kelompok kecil saya dengan jumlah 3 orang. Saya yang paling belakang. Deuh
deg-deg-an euy, haha. Awalnya, masih normal dan terasa asik karena air sungai
masih agak tenang dan tidak terlalu dalam, pun juga tidak ada batu. Selang beberapa
detik kemudian ketika ada jejeran batu didepan mata, jantung saya berdetak
kencang, sangat kencang. Hehe lebay kah. Dan bruk!
awalnya sih.... |
Nih,
bayangin ya, hampir semua anggota tubuh terbentur batu besar. Gimana enggak
sakit sampe memar, xixi. Air makin deras dan kami melewati sisi air yang meliuk
ke bagian yang tidak ada batu. Berkali-kali ditabok batu. Air masuk ke mulut,
hidung dan tentunya ya basah kuyup sekali pemirsah.
Ngeliat
orang-orang di foto mah keliatan sangat menikmati, bergaya karena memang
panitia mengabadikan moment-nya. Jika melihat foto-foto saya, kebanyakan
mangap-mangap dan muka cemas serta prihatinnya, wakaka, enggak bisa cool.
Bisa gitu ya se asyik itu muka-nya oleng, kapten
Terdapat
pos-pos untuk menyelesaikan jalur permainan. Saat itu tim saya kebagian 3 pos. Jadi
semua peserta akan diberhentikan tiap pos sampai full, sehingga dipastikan
harus lengkap kembali. Baru kemudian permainan dilanjutkan dengan kelompok
kecil dengan bebas menentukan dengan siapa.
Jadi
menuju pos 2, saya ganti personil tim kecil. Entah dengan siapa saat itu
pokoknya tetap terpisah kemudian kelelep sendiri-sendiri karena saking derasnya
arus air. Pun batu-batu makin besar-besar. Nah, pada trek pos 2 menuju pos 3
inilah saya kelelep parah, terseret dengan posisi tubuh full masih di dalam air. Dalam pikiran saya saat itu mungkinkah ini
akhir hidup? Tangan saya otomatis menggapai-gapai ke atas permukaan air. Meminta-minta
tolong agar bisa ditarik dari dalam air. Syok berat gaes....
oalah, ternyata sempet sok cool biar di foto, padahal aslinya abis ini kejadian kek mo meninggyal
Pada
satu msoment, saya merasakan ada yang
memegang tangan saya namun kemudian secepat kilat dilepaskan kembali. Waduh ini
masih misteri sampai saat ini karena belum ada satupun teman yang bercerita jika
ternyata dialah yang mencoba menarik saya. Sesaat setelah tangan saya dilepas,
tak kunjung juga saya keluar dari dalam air. Tubuh saya terus terseret lalu
menabrak batu. Hingga terasa sudah kehilangan tenaga, akhirnya guide menarik utuh tangan saya dan
membawa ke tepian sungai.
Ternyata....
saya tepat sekali sampai di pos 2. Saya rasa tadinya sengaja dibiarkan dahulu
agar diselamatkan tepat di pos 2. Masih dengan kondisi syok, saya diminta
mengecek kaki, tangan, dan bagian tubuh lainnya. Ternyata memar dimana-mana. Terasa
sakit di kaki, lengan, pinggang, punggung, dan kepala. Sukses sekali bikin saya
babak belur.
Pastinya
saya auto trauma, jadi saya memilih
untuk berjalan saja melewati tepian sungai untuk menuju pos 3. Sedang teman
lainnya tetap melanjutkan dengan ban. Karena dukungan teman lainnya dan rasa
penasaran, saya mencoba kembali untuk susur sungai itu. Tekad saya harus bisa
menolak trauma, barang agak sedikit ya gak apa-apa.
Ya meski
tetap kebentur batu sana-sini, menuju pos akhir ternyata sukses saya lalui. Lega
sekali rasanya bahwa perjalanan asam manis di sungai ini selesai. Kami sempatkan
untuk berfoto ketika semua anggota sudah sampai di pos terakhir. Kemudian kami
berjalan kembali melewati pematang sawah untuk
menuju pos pengembalian ban dan rompi pelampung.
Nasi ayam sambel dari panitia sangat pas sekali kehadirannya setelah bersuka-duka di sungai. Terlihat semua teman sangat lahap makan siang menuju sore saat itu. jika teman-teman pembaca tertarik river tubing ini bisa kepoin aja akun instagram “Ngaprak Tubing Adventure”. Jika ditanya apakah ingin mengulang lagi, jawabannya mungkin 99% tidak, hehe.
Tips & Trik:
- Isi dulu perut sebelum baku hantam dengan air dan batu-batu sungai, kalori yang dikeluarkan akan cukup banyak
- Pakailah sendal gunung
- Pakailah pelindung badan seperti celana shot dan baju panjang, ini cukup membantu untuk melindungi kulit dari gesekan dengan batu-batu, namun memar yang membiru tetap saja tidak akan bisa terelakan atau bisa menggunakan body protector bentuk lainnya
- Jaga pose wajah karena kamera panitia ada dimana-dimana, tapi ketangkep lagi mangap-mangap atau muka cemas sekali-kali seperti saya ya juga enggak apa-apa lah, itung-itung moment langka haha
- Perhatikan dan pahami dengan saksama arahan dari guide tentang cera menggunakan ban dengan baik dan benar
- Salah satu solusi bagi yang takut tenggelam, yaaaa, latihan renang dulu kali ya..
Sekian cerita
ngilu-ngilu manja hasil tabrakan dengan batu dari saya, kalian harus cobaaa!