/> Dari Surabaya ke Bali - Menjadi Asing di Bali - Today-Dream

Dari Surabaya ke Bali - Menjadi Asing di Bali

By today-dream - 3/14/2021 01:47:00 PM



gerbang-pantai-legian


Setelah huru-hara menyusun rundown trip akhir tahun 2019, akhirnya Bali menjadi salah satu nominasi dalam list. Mulanya enggan sekali rasanya untuk singgah di pulau dewata ini mengingat belum banyak googling. Saat bercerita pada kawan karib yang begitu hobi travelling, saya mendapat saran : harus singgah di Bali ya, sayang sekali kalau enggak deh! Kebetulan sekali beliau punya sahabat juga yang sudah stay di Bali dalam beberapa bulan belakangan. Idenya adalah menitipkan saya pada temannya ini.

 

Travel bus menjemput saya di Kantor BTN Cabang Surabaya di Jalan Pemuda pada sore menuju senja kala itu. Setelah menitipkan kado ritual tiap tahun untuk diberikan kepada sahabat yang bekerja di sini, saya lalu bertolak menuju Bali. Surprisingly, travel bus ini sangat menarik perhatian karena saya belum pernah menjumpai yang serupa. Posisi kursinya 1-1 lengkap dengan tempat botol minum, bantal dan selimut. Kapasitasnya kira-kira 10 orang. Saya kebagian kursi paling belakang. Keril dan bagpack diletakkan di samping kursi saya.

 

Senja berlalu namun bus ini belum juga menunjukkan tanda-tanda keluar dari wilayah pusat kota. Ini sukses membuat saya agak khawatir. Kontak travel ini saya dapatkan via instagram, biasanya keaktifan suatu bisnis bisa dilihat dari update akun Instagram-nya. Yep, pikiran saya jadi kemana-mana. Tapi saya terus meyakinkan diri dengan melihat review customer sebelumnya. Kesimpulannya, saya yakin ini travel bus yang terkenal dan besar lagi terpercaya di Surabaya. Yok, bisa yok.

 

Memasuki waktu Isya, bus berhenti di daerah perumahan elite. Melihat anak remaja sepantaran umur SMA berwajah Chinese yang menyerbu masuk ke dalam bus, saya akhirnya menjadi lega bahwa rombongan inilah yang menjadi tujuan akhir penjemputan customer travel bus ini. Anak-anak ini medok sekali, medok Surabaya yang mana hampir semua bahasa yang dipakai tidak saya mengerti. Padahal tadinya saya pikir mereka akan ke-Jaksel-Jaksel-an. Namun mendengar logat medoknya, saya cukup terhibur. Mereka begitu heboh dan sangat vokal, bersenda gurau sepanjang jalan.

 

Tengah malam buta, bus menepi di rumah makan besar. Ternyata lokasi ini menjadi shelter pemberhentian travel-travel bus Surabaya-Bali. Di sini penumpang diberi jatah makan. Ohiya, kebetulan ada ibu paruh baya yang duduk di bangku sebelah saya, maka kami menjadi teman makan dan teman ngobrol tipis-tipis di bus. Tak berselang lama, bus kembali melaju menyusuri jalan raya.

 

Berlayar dari Ketapang ke Gilimanuk


Entah sudah berapa jam saya tertidur, tau-tau bus sudah di dalam kapal. Bergerak menuju Gilimanuk dari Ketapang, kapal ini terasa cepat. Tidak butuh waktu lama, selang tiga puluh menit kemudian kapal bersandar di dermaga. Masih dalam kondisi gelap. Tepatnya menuju waktu subuh.

 

welcome-to-bali

Bangun-bangun saya disambut hangatnya pemandangan di luar jendela. Sawah-sawah hijau berjenjang-jenjang silih berganti memenuhi mata saya yang masih menahan kantuk. Buru-buru saya cek hp dan mengaktifkan maps. Welcome to Bali Island! Bali menyambut baik kedatangan saya untuk pertama kalinya. Lambat laun muncul rasa menyenangkan menggantikan spekulasi negatif saya tentang Bali.

 

Untuk sampai di pusat Kota Denpasar dimana lokasi kami akan diturunkan, butuh waktu sekitar empat jam lagi dari Gilimanuk. Tadinya ya saya pikir, lepas bersandar di Dermaga Gilimanuk, maka akan langsung tiba di Denpasar. Ternyata Bali ya guedee. Ibu kotanya, Denpasar, berada di ujung selatan Pulau Bali. Jadi, mari tidur kembali hehe.


Welcome to Denpasar


Ternyata saya adalah penumpang terakhir yang diturunkan, yang lainnya sudah terlebih dahulu sampai di tujuan. Bagusnya, beneran dianterin sampai alamat yang diinfokan sebelumnya. Jadi saya turun bus langsung ketemu Bang X (Yaampun saya sungguh lupa namanya, nanti kalo udah ingat saya update lagi, hihi maapkan). Dikarenakan Bang X kerja, jadinya saya hanya dianterin ke kosannya. Lalu dia kembali ke kantor untuk bekerja. Ohiya, ini setting-annya adalah, saya menginap dikosan Bang X, dan Bang X menumpang menginap dikosan temannya.


Saya hanya punya waktu semalam di Bali. Otak saya langsung bekerja memikirkan bagaimana agar bisa waktu yang sedikit tersebut menjadi sangat produktif. Tanpa pikir panjang, saya nekad pergi keluar untuk menikmati Kota Denpasar. Ojek online sangat berperan penting bagi tukang backpacker seperti saya, tinggal pesan melalui aplikasi maka akan sampai pada tujuan.


Menuju Pantai Kuta


Dari kos Bang X ini, ternyata Pantai Kuta sangatlah dekat. Saya hanya mengeluarkan dana belasan ribu menggunakan jasa ojol untuk sampai di sana. Meskipun cuaca mendung, saya tetap beranikan diri untuk jalan. Soalnya, ngapain juga ke Bali kalau cuma menumpang tidur? Pembelaan sekali ya, hehe.

asing-di-pantai-kuta


Menuju Pantai Kuta, saya memperhatikan dengan saksama suasana kota sepanjang jalan. Ya inilah Bali, sejauh mata memandang, begitu mudahnya menemukan orang bule. Terlebih saat di Pantai Kuta. Saya menarik diri saat hampir mendekati bibir pantai karena saya merasa asing berada di sana. Orang-orang lokal bertato tidak memakai atasan, rambutnya gondrong acak-acakan, memakai kacamata hitam serupa dengan bule-bule yang sedang berjemur dan hilir mudik membawa papan selancar. Saya lihat kiri-kanan-depan-belakang, kok ya seperti saya berada di negara bule, haha. 


Gelato Factory Seminyak


Buru-buru saya pesan kembali ojol untuk menuju ke kedai gelato yang sudah saya incar. Meski turun hujan tipis-tipis, sekali lagi tetap tidak mengurungkan niat saya untuk kembali melancong. Akhirnya sekian lama menanti, ojol datang dan saya diantarkan sampai tujuan.


Lagi-lagi “bau khas” Bali mengikut saya di sepanjang jalan. Agaknya saya memang menjadi pusing karena pertama kali sepekat dan sesering ini mencium bau itu. Lama-lama menjadi terbiasa. Ojol melesat cepat dengan lihai, saya kembali memperhatikan suasana sepanjang jalan. Unik sekali ya, pikir saya. Jalan menuju Gelato Factory ini beneran unik. Suatu hal yang baru bagi saya melihat pertokoan di tepi jalan banget persis seperti pertokoan di luar negri yang saya lihat di media sosial. Beneran merasa asing banget saya berada disitu.


Akhirnya saya sampai d Gelato Factory. O tentu, sejauh mata memandang lagi-lagi banyak bule yang hilir-mudik berjalan kaki maupun mengendarai motor secara ugal-ugalan. Gelato Factory ini terletak di Seminyak. Kebetulan lagi enggak banyak yang beli. Untuk coba-coba, saya hanya pesan satu porsi cup gelato makan di tempat. Hmm, ya tentu enak.

gelato-factory-seminyak


Selesai menyantap es gelato, saya kemudian enggak tau tujuan. Berjalanlah saya ke arah bule-bule berjalan. Menariknya, toko-toko sepanjang jalan ini menjual fashion unik dan barang-barang unik. Penginnya masuk sekadar melihat-lihat tapi saya belum tahu style “melihat-lihat” di sini apakah masih lumrah. Ga enak dong, niatnya emang enggak beli juga, hehe. Sayangnya saya enggak foto betapa aestetiknya pertokoan tersebut. Khawatir enggak dibolehin gaes, karena ini pertama kalinya saya ke sana kan yah.


Singgah di Eiger Denpasar


Teruslah saya berjalan hingga entah kemana saking enggak tau daerah. Macet membuat saya agak enggak nyaman dilihatin sama orang-orang di dalam mobil. Entah berapa lama saya berjalan hingga menjauhi pertokoan Seminyak tadi, akhirnya saya menemukan gerai Eiger terbesar di Bali. Tanpa pikir panjang, saya langsung ngacir kebetulan juga ada yang pengen dibeli untuk persiapan pendakian Rinjani.

eiger-denpasar


Lumayan lama saya mengademkan diri di gerai Eiger. Setelah membeli beberapa barang, saya langsung pesan ojol lagi untuk kembali ke kosan Bang X. Agak menanti lama, saya akhirnya naik ojol.


Malamnya, saya kembali jalan. Kali ini sudah dijanjiin sama Bang X untuk melihat Denpasar pada malam hari. Namun ujung-ujungnya kita makan di warung pecel ayam karena enggak tau lagi mau makan apa, haha. Cukup banyak obrolan kami saat itu, ngakak haha hihi yang sebenarnya menceritakan perjalanan persahabatannya dengan kawan karib yang menawarkan tebengan menginap kepada saya.


Sekejap di Pantai Legian


Keesokan harinya saya udah siap packing untuk bertolak ke Lombok, namun curi waktu sebentar mengunjungi Pantai Legian. Dikarenakan pada hari sebelumnya saya cukup kecewa dengan Pantai Kuta yang enggak begitu friendly bagi saya sendiri. Saya cukup optimis bisa dapat pantai yang cerah lagi indah.


Saya sampai di gerbang Pantai Legian diantar ojol lagi, Bang X akan menyusul segera. Melihat pantai dengan pasir yang bersiiih, saya jatuh hati dengan Pantai Legian. Saat itu masih pukul tujuh pagi, dan langit begitu cerah membiru. Sepanjang pantai tidak terlihat sampah. Beberapa orang duduk-duduk santai menikmati cahaya matahari pagi. Saya yang memang bukan pecinta pantai, menjadi tertarik dengan pantai ini.

pantai-legian

legian

pantai-legian


Selang waktu berlalu, Bang X datang kemudian ikut nimbrung membantu saya untuk mengambil beberapa foto.  Meski terburu-buru karena akan mengejar penerbangan ke Lombok, Pantai Legian pada pagi itu cukup mencatatkan sejarah kedatangan saya ke Bali dengan waktu yang terbatas.


Kena Tilang di Denpasar


Sebenarnya kejadian yang amat berkesan di Bali adalah ketika kami kena tilang. Sepulang dari Pantai Legian, Bang X menyuruh saya ikut dengannya saja ya meskipun enggak pakai helm. Katanya “kayaknya enggak apa-apa deh kan masih pagi”. Berbekal percaya-percaya aja, saya nekad dibonceng tanpai helm. 


Setelah haha hihi juga cerita ini itu, akhirnya kami sampai di perempatan besar. Waduh! Entah Bang X belum terlalu hapal daerah sana, pada akhirnya polisi jeli sekali melihat kami. Yaaah, enggak enaknya adalah kami dibentak-bentak dan dibilang gob**k. Yaaah, tambah lagi kejadian tidak mengenakkan dengan polisi yang bikin nama polisi makin enggak baik dimata kami, wkwk. Bang X harus sidang dalam dua minggu kedepan, saya udah janji untuk membayar biaya tilang karena murni karena saya yang enggak pakai helm. Lesson learned, ya.


Sesampainya di kos, saya buru-buru memesan ojol mobil untuk berangkat ke Bandara I gusti Ngurahrai. terima kasih saya ucapkan kepada Bang X, temannya Kak Monik, kawan karib saya, untuk tumpangan menginapnya. Bali sekejap sungguh berkesan. Balik lagi enggak ya? Kok saya ragu haha.


Kalau teman pembaca, apakah ada kejadian unik di Bali? 


  • Share:

You Might Also Like

2 silakan tinggalkan komentar ya teman pembaca :)

  1. Ahhh singkat sekali kak ke Balinya. Aku selalu suka suasana Bali. Entah itu yg ramai macam di Kuta, atau yg sepi di Ubud. Suasananya liburan banget hahaha. Swnoga next time bisa stay lebih lama yaaa, krn masih banyak tempat yg bisa dieksplor di Bali. Selamat jalan2 🤠🤠🤠

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haihaiiii kak kartika..terima kasih sudah berkunjung..

      Iya kak, sebentar banget, jadi sayanya masih anggap Bali ya biasa aja gitu, terpesona dikit dg suasana di seminyak pas mau ke gelato factory, itu terasa banget kayak : ini gw di indonesia beneran?? Haha

      Next tujuannya kalo ada kesempatan ke Bali lagi, mau nyobain yg utara deh kak...

      Kakak ada rekomendasi postingan tentang Bali kah? Mungkin bisa saya baca-baca biar tambah informasi hehe

      Delete

silakan boleeh komentar yaa