Pendakian Gunung Guntur via Citiis : Mini Semeru
Gunung Guntur disebut-sebut sebagai mini-nya Semeru. Alasannya adalah trek summit yang begitu mirip dengan trek summit Puncak Mahameru. Sebelum menyambangi Guntur, kami test jalur dulu melalui tontonan di kanal youtube. Maklum diantara kami belum ada yang pernah ke Guntur via Citiis. Kemudian teringat pada salah satu teman kenalan saat mendaki Rinjani, yaitu Amak, asli orang Garut yang juga hobi mendaki gunung. Maka Amak langsung kami hubungi untuk diajak bareng.
Beruntungnya, Amak ternyata senang sekali diajak bareng ke Guntur. Kebetulan Amak sudah pernah mendaki Guntur, sehingga otomatis Amak-lah guide kami. Segala persiapan kami koordinasikan via whatsapp group. Akhirnya hari yang dinanti pun tiba.
Lagi-lagi kami ngaret dari rencana awal. Kami baru jalan dari Jakarta pada tengah malam. Alhasil sepanjang perjalanan dari Jakarta ke Garut kebanyakan penumpang mobil tertidur pulas. Bangun-bangun eh sudah ada di basecamp Citiis.
Subuh sekali kami sampai di BC, kemudian kami rehat sejenak. Tak lama, ketika mulai terang, Amak datang dengan membawa motornya, menjemput kami untuk singgah ke rumahnya. Rencananya akan memasak sarapan di rumah Amak. Kami akan masak makanan khas Lombok yang dibekali oleh open trip saat mendaki Rinjani. Menunya adalah nasi sayur buncis, bihun serta telur dadar. Kami bungkus satu persatu untuk sarapan di BC dan bekal makan siang sebelum mendirikan tenda.
Akhirnya rombongan bis yang hanya berjumlah dua orang datang setelah dijemput ke terminal. Sebelum berangkat kami sarapan bersama terlebih dahulu. Menu tadi rasanya aduhai sekali apalagi dimakan saat laper banget, hehe. Sekitar pukul sepuluh pagi kami memulai pendakian Gunung Guntur via Citiis ini.
Jalur awal sudah mulai naik tapi hanya sedikit. Jalurnya terbuka dan lebar. Makin siang makin panas, maklum Guntur terkenal dengan panasnya, oleh karena itu biasanya pendaki naik saat sore. Udah kepalang tanggung, kami terus melaju.
Setelah berhenti sesaat di pondok bertingkat yang kokoh, kami teruskan perjalanan masuk ke jalan yang agak sempit dari jalur tadi. Kontur tanah masih bersahabat ternyata masih bisa lewat mobil dan motor. Akhirnya pukul 13.40 WIB kami sampa di pos registrasi. Di pos ini kami di cek suhu badan dan diberikan masker kain. Ohya, teman-teman bisa beli es teh manis di pos ini soalnya sudah ada warung. Setelah beristirahat sejenak, kami lanjutkan kembali perjalanan menuju pos 2.
Ternyata lepas dari pos 1, ada beberapa warung sebagai pos bayangan. Jadi teman engga perlu takut kehabisan logistik karena banyak jajanan di warung. Kami pun menamai pendakian kali ini dengan pendakian santuy karena asyik juga banyak warung dan hampir di semua warung kami singgah, hehe.
Lepas dari pos 2, jalur mulai menanjak dan ada spot berbatu mirip seperti di Gunung Gede tapi hanya sebentar saja. Ternyata weekend ini pendaki lumayan banyak tapi enggak se rame di Gede. Yah, sepertinya Gunung Guntur lebih bersahabat dari kata antri.
Jalur hutan hampir selesai kemudian kami sudah menemukan jalur tanah berpasir yang terbuka namun masih ada ilalang tinggi. Dari kejauhan sudah tampak bendera besar area camp. Pukul empat sore saat itu masih panas namun cerah. Akhirnya kami sampai di area camp.
Yang juga menarik dari Gunung Guntur via Citiis ini adalah di area camp ada basecamp yang dilengkapi dengan tempat registrasi akhir, musola, sumber air yang melimpah dan tentunya toilet. Ternyata area camp lumayan rame. Akhirnya kami memilih lokasi yang dekat dengan bendera besar, meskipun agak miring dikit konturnya setidaknya nanti malem bisa lihat citylight Garut. Pukul lima sore tenda sudah berdiri. Kegiatan istirahat dan ngemil-ngemil santuy pun dimulai.
Kabut silih berganti datang dan pergi saat kami ingin menikmati citylight Kota Garut. Ya, dari puncak ini kita bisa melihat Kota Garut. Jika kabut pergi makan akan dengan sangat jelas terlihat banyaknya cahaya lampu-lampu kota. Wah, ya indah ya.
Summit Attack Gunung Guntur via Citiis
Rombongan yang ingin summit attack memulai perjalanan pada subuh. Sebenarnya saat itu kami naik tergolong sudah telat, baru berjalan beberapa menit maka muncullah sunrise. Posisinya kami masih berada di kaki puncak. Dan benar adanya, makin naik makin terang dan makin panas. Sehingga membuat kami mudah lelah dan kehabisan air minum.
Dengan sisa-sisa tenaga yang ada akhirnya kami bisa melewati jalur yang katanya naik selangkah turun dua tiga langkah. Kami begitu speechless langsung teringat dengan Semeru. Mini-nya saja seperti ini apalagi real-nya. Hanya saja ada bedanya dengan jalur summit Semeru. Jika jalur summit Semeru gersang tidak ada vegetasi, maka jalur summit Guntur ini kebalikannya. Kita bisa berlindung di pohon-pohon dan semak-semak tinggi.
Sesampainya di puncak, ternyata ada puncak berikutnya. Menurut informasinya, Gunung Guntur memiliki banyak puncak, kalau engga salah ada lima puncak. Nah, saat ini kami berada di puncak 1. Puncak di bukit yang dibelakang kami adalah puncak 2.
Dari puncak ini bisa terlihat Gunung Cikuray berdiri gagah diantara hamparan awan. Sungguh indah alam semesta ini yah. Ini lah yang membuat tidak bosan-bosannya untuk mengunjungi gunung. Tidak berlama-lama, setelah menikmati sejenak puncak ini kami langsung turun karena udah makin panas. Jalur turun pun juga engga kalah serunya. Kami sarankan untuk memakai sepatu bukan sendal ya.
ari-sang-penjaga-tenda |