/> Pencapaian Titik Tinggi: Tadabbur Alam dengan Hiking Gunung - Today-Dream

Pencapaian Titik Tinggi: Tadabbur Alam dengan Hiking Gunung

By today-dream - 4/16/2021 04:10:00 PM

 

Yang namanya hidup pasti seperti roda berputar. Kadang di level atas, pasti, kadang di level bawah, dan juga level tengah. Saat beberapa hal terjadi sesuai dengan harapan, disitu kita sebut pada titik atas. Bahkan hal tersebut bisa juga di atas ekspektasi. Sesuatu yang tidak kita harapkan tidak pula kita impikan, namun terjadi. Sebaliknya, disebut sebagai titik rendah ketika berhadapan dengan kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan. Juga kadang hidup rasanya flat, biasa-biasa saja.

Jika pada moment ini mesti membahas titik atas hidup, rasanya bagaimana yah. Sulit untuk diungkapkan. Khawatir terkesan tidak bersyukur, juga khawatir terkesan meninggi-ninggikan. Namun ternyata setelah berpikir sejenak. Saya mendapatkan point penting dari bahasan satu ini. Pencapaian tertinggi dari masing-masing individu pasti unik. Alias tidak bisa sama dengan individu lainnya. baik dari reason-nya, prosesnya, hingga result-nya. Pasti unik. Toh kita sebagai manusia memang terlahir tidak sama dengan manusia lainnya. oleh karena itu, saya beranikan untuk menulis ini.

Pencapaian Titik Tinggi: Tadabbur Alam dengan Hiking Gunung


Apa-apa yang saya anggap sebagai pencapaian tertinggi dalam hidup saya sama sekali adalah hak saya untuk mengklaimnya. Menjadi saya tidak mudah, menjadi “seseorang” itu tidak mudah. Jadi seiring bertambahnya usia ini, lambat laun saya memahami. Menghargai suatu kepentingan bagi orang lain, bagi dirinya sendiri, apa-apa yang dianggapnya berarti dalam hidupnya, amatlah harus.

Tadabbur Alam dengan Hiking Gunung

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa saya akan menjadi bagian dari penikmat alam dengan cara hiking gunung. Bermula hanya ikut-ikutan organisasi mapala di kampus, untuk mengabadikan moment hari jadi himpunan mahasiswa. Saya dan beberapa new-bie lainnya ikut dalam rombongan. Awalnya berat sekali sampai-sampai saya klaim bahwa tidak ingin naik gunung lagi. Seminggu lamanya setelah kembali turun, badan saya masih sakit-sakitan. Encok sana-sini, kesulitan bergerak. Maklum sebelum naik gunung tersebut tidak ada persiapan fisik yang berarti yang saya dan teman-teman new-bie lakukan. Ya mana kami tau jika naik gunung ternyata se-gempor itu badan dibuatnya, hehe.

Entah alasan apa yang saya lupa, akhirnya saya mencoba naik gunung untuk yang kedua kalinya. Lalu mencoba untuk gunung ketiga. setelah merantau ke Pulau Jawa, entah mengapa perasaan pengen naik gunung kembali menggebu. Maka sampai saat ini sudah delapan pendakian yang saya tempuh selama di Pulau Jawa.

Pencapaian Titik Tinggi: Tadabbur Alam dengan Hiking Gunung1


Akhir tahun 2019, harusnya saya di Semeru. Namun ternyata belum berjodoh. Slot yang tersisa pada event organizer open trip saat itu adalah pendakian Gunung Rinjani. Awalnya saya agak ragu. Rinjani terasa amat jauh, pun biayanya pasti agak besar. Namun berbekal dengan bonusan akhir tahun dari kantor, saya beranikan menyambangi Rinjani meski solo trip dari Jakarta. Saya pikir saya akan berjodoh dengan Rinjani kali ini.

Pendakian Gunung Rinjani adalah salah satu titik balik pencarian jati diri saya. Solo trip yang saya lakukan dari Jakarta menuju Surabaya-Bali-Lombok membuat pikiran saya perlahan menjadi matang. Yang awalnya banyak sekali pikiran “tidak mungkin” hingga akhirnya bisa bilang “wah, ternyata begini ya, seru!”.  Banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan dari long trip itu. Tidak hanya dari proses perjalanan, namun pasti juga dari pendakian itu sendiri. Rinjani itu sempurna, seperti yang pernah disampaikan oleh teman kerja saya yang sudah ke Rinjani : Kalau udah ke Rinjani engga perlu lagi deh ke yang lain. Semuanya ada di Rinjani. Danau ada, sabana savana ada, summit mirip Semeru, ar terjun ada!.

Wah gila sih itu motivasinya. sejak saat itu, kalimat tersebut selalu terngiang-ngiang hingga membuat saya kepo dengan Rinjani namun masih merasa mustahil untuk ke sana. Khawatir engga bisa melewati jalurnya apalagi, ya maklum saya bukan pendaki tapi penikmat gunung. Kalau bisa dibuat senyaman mungkin pendakian itu yah, hehe.

Maka pada saat moment itu nyata, saat saya buktikan sendiri bahwa Rinjani memang sempurna. Bahkan ingin kembali ke sana, terlebih belum sempat menikmati camping di danau. Semoga suatu saat bisa tercapai, tapi Semeru dulu deh, hehe.

Pencapaian Titik Tinggi: Tadabbur Alam dengan Hiking Gunung2


Nah, bagi saya, melakukan pendakian-pendakian tersebut adalah pencapaian tertinggi saya saat ini yang tidak akan pernah saya lupakan. Moment hidup saya yang unik. Bagaimana kuasa-Nya memperjalankan saya hingga berada di puncak-puncak gunung. Menikmati setiap lelah langkah kaki saat naik maupun turun. Terasa nikmat, bagi saya. Maka itulah jawaban sesungguhnya dari pertanyaan : kok seneng naik gunung?.

*beberapa pencapaian lainnya masih belum bisa saya bagikan, biarlah menjadi cerita indah sesuai wishlist J Jangan takut bermimpi yah...

  • Share:

You Might Also Like

0 silakan tinggalkan komentar ya teman pembaca :)

silakan boleeh komentar yaa