/> Padang Savana Sembalun - Pendakian Gunung Rinjani #2 - Today-Dream

Padang Savana Sembalun - Pendakian Gunung Rinjani #2

By today-dream - 1/20/2021 09:54:00 PM

 

Padang Savana Sembalun - Pendakian Gunung Rinjani #2 - Sebelumnya saya ucapkan terima kasih bagi teman pembaca yang begitu bersemangat membaca perjalanan pendakian Rinjani part 1. Lumayan banyak yang menunggu kelanjutan cerita singkat ini. Terima kasih, ya…. Berkat teman pembaca semua, saya jadi begitu terharu hingga tiap kali membaca komentar pasti senyum saya merekah. Yap, seperti itu rasanya bercerita lewat blogpost. Setidaknya bagi teman blogger pasti juga merasakan hal yang sama.

 

Mari saya lanjutkan cerita pendakian Rinjani part 2….

 

Trip pendakian ini dalam jumlah besar, kalau engga salah membernya hampir mendekati angka 50 orang. Kami terbagi menjadi tiga rumah singgah. Kebetulan, tim meet point bandara mendapat rumah singgah yang sama, begitu pula dengan tim darat – laut yang sudah lebih dulu sampai di rumah singgah. Seperti di cerita sebelumnya, rumah singgah ini adalah rumah warga yang sengaja dipakai beberapa hari untuk menampung para pendaki. Jadi sementara waktu penghuni rumah tidak tinggal di rumah tersebut melainkan “nebeng” dulu di rumah saudaranya yang berada di dekat situ.

 

Kamar perempuan dan laki-laki dipisah di rumah singgah saya ini. Kebetulan lagi saya sekamar hanya berdua dengan mbak dari Palembang. Kemudian tiga kamar lagi diisi oleh teman pendaki laki-laki bersamaan dengan panitia open trip. Semua barang ada dimana-mana. Keril, sepatu, dan perlengkapan pendakian lain satu per satu dikeluarkan untuk dipacking ulang. Jadi hanya barang yang tidak dipergunakan saat pendakian yang akan ditinggal di rumah singgah.

 


Pemilik rumah singgah saya ini amat baik. Kami dimasakin nasi bumbu ayam – sayur buncis khas Sembalun katanya. Nasi ini dibungkus dengan kertas nasi berwarna coklat. Porsinya pas sekali bagi saya entah mungkin terasa kurang bagi kaum laki-laki. Campuran sayur buncis dengan bumbu kelapa seperti bumbu di ayam bumbu khas padang membuat nasi ini menjadi unik. Saya lupa apakah ada sambelnya atau tidak. Tapi beneran enak sampai-sampai saya dm khusus mbak yang punya kamar di rumah singgah tersebut untuk menanyakan resep. Segitunya memang kalo udah kepengen, hehe.

 


Malam itu kami juga briefing sebelum beranjak tidur. Briefing dipimpin oleh perwakilan panitia open trip, menginformasikan mengenai perjalanan esok hari ke Gunung Rinjani. Duh, deg-degan parah. Pertanyaan dan penasaran “bisa gak ya?” terus menari-nari di dalam kepala saya. Setelah melihat banyaknya teman seperjuangan, semangat saya kembali pulih dan rasa cemas berkurang, sedikit.

 

Malam yang cukup singkat, membawa lelah dalam tidur, saya lumayan tertidur pulas. Subuh datang lalu kami satu per satu bergantian memakai kamar mandi. Hingga matahari pagi kian tinggi dan langit begitu cerah. Saya kebagian kamar mandi diujung waktu, sehingga saya mencoba mencari kamar mandi kosong di rumah singgah yang satu lagi, tepat berada di seberang rumah singgah saya.

 

Hampir mendekati pukul delapan pagi waktu setempat (WITA). Akhirnya satu per satu tim siap dengan keril dan semangatnya. Mobil bak sudah menunggu kami di depan gang. Ternyata tim di rumah singgah lainnya sudah lebih dulu berangkat menuju pos pendaftaran. Wah, kayaknya tim rumah singgah kami agak lelet, iyaa maklum karena mendekati subuh pun masih ada yang baru sampai di rumah singgah, pasti lelah dalam perjalanan menuju Sembalun.

 



Kami sampai di pos pendaftaran pendakian Gunung Rinjani melewati gapura geopark Rinjani. Mobil-mobil bak sudah parkir di tepi-tepi jalanan, cukup mempresentasikan jumlah peserta yang hampir mendekati 50 orang. Awalnya saya pikir beberapa dari mereka adalah tim lain yang kebetulan bareng mau start. Ternyata sesampainya di titik awal pendakian yang mana semua dikumpulkan membentuk barisan lingkaran barulah saya sadar bahwa tim ini dalam jumlah besar.

 



Perjalanan ke titik awal pendakian

 

Ketua panitia open trip – bang adul, memandu peserta untuk briefing. Beliau sedikit memberikan arahan mengenai kondisi medan yang akan di tempuh nanti. Singgah di tepi Danau Segara Anak adalah bonus, katanya. Mengingat trek menuju danau masih belum pulih. Jadi ya serba tidak pasti. Saya sih tidak terlalu menggantungkan harapan tinggi-tinggi, sampai di Pelawangan dan summit attack aja udah bersyukur banget. Namun pihak open trip masih mengusahakan kemungkinan untuk camp di tepi danau tergantung kondisi cuaca nantinya. Berhubung memasuki akhir tahun, yang biasanya musim hujan dimana-mana.

 



Dibekali nasi ayam bumbu – sayur buncis lagi, kami bergerak dari titik awal pendakian menuju pos 1 tepat pada pukul Sembilan pagi waktu Indonesia tengah. Bekal nasi bungkus ini ide bagus menurut saya. Jadi kalo lapar bisa langsung dimakan. Engga perlu tunggu masak dulu seperti pendakian-pendakian sebelumnya. Praktis, lah. Jadi setiap peserta sudah mengantongi bekal makan siangnya.

 



Pihak panitia open trip tidak mengharuskan peserta harus selalu berjalan bersamaan. Peserta secara bebas mengikuti ritme “geng” manapun, ya berhubung ada sekitar 50 orang peserta kan, susah juga untuk menyamakan ritme langkah. Jadi ya memang akan terbentuk kelompok-kelompok tertentu. Beberapa memang dari awal sudah membentuk tim dari daerah asalnya, seolah tak terpisahkan. Berhubung saya adalah salah satu peserta solo dari Jakarta, mau engga mau saya harus membaur dengan kelompok lain. Di awal perjalanan saya gabung dengan tim dari Surabaya dan Malaysia. Ternyata ini menjadi permulaan dari persahabatan kami.

 

Berjalan 100-200 meter dari titik awal pendakian, kami disambut oleh sapi-sapi ternak di sisi kanan. Kemudian mendekati 1km, kami bertemu dengan sungai kecil. Trek masih landau dengan tanah padat dan ada beberapa batu-batuan khas dekat sungat. Rinjani tampak gagah dari posisi ini. Peserta masih terlihat bejejer rapi dengan ritme langkah santai.

 

Bukit Pemanasan

 

Dua puluh menit berlalu hingga kami mendapati bukit yang lumayan tinggi di depan mata. Bukit ini sedikit terjal dengan bebatuan karst, bisa disebut sebagai bukit pemanasan. Tampak di kejauhan beberapa peserta sedang menaklukan bukit berbatu itu. Mental saya langsung lemah. “Baru 20 menit aja udah ketemu bukit, gimana abis ini dong”, pikir saya. Namun dengan style sok kalem saya masih terus ikutin ritme teman lainnya sampai saya sudah berada tepat di posisi akan memulai petualangan mendaki bukit pertama ini.

 

Melangkah dengan begitu hati-hati alias pelan-pelan karena engga mau terciduk jatuh, saya kuatkan lutut dan betis. Sesekali saya terpaksa berhenti menghela napas panjang. Batu-batu yang cukup bertumpuk banyak membuat medan menjadi sempit. Trek ini mirip dengan trek Gunung Gede via Gunung Putri pos 4 menuju pos 5 yang ada batu-batuannya. Atau mirip juga dengan trek Gunung Guntur via Citiis yang ada batu-batuannya. Ya, mirip deh.

 

Entah berapa menit berlalu, akhirnya saya sampai di atas bukit itu. Dan ternyata, hamparan tanah datar menyambut. Saya coba balik badan dan terihat pemandangan lepas. Sepertinya lebih cocok disebut bukit apa tebing yah yang tadi itu, hehe. Tidak jauh dari tempat saya berdiri melepas penat dari menanjak bukit itu, berdirilah gubuk kecil lengkap dengan tukang-tukang ojek yang sudah menunggu kami. Saya kaget terheran-heran maksudnya apa gitu yak ok ada tukang ojek. Ternyata oh ternyata bapak-bapak ini menawarkan jasa ojek untuk sampai di pos 2. Kami apalagi saya yang tidak begitu paham sejauh apa jarak ke pos 2 mengurungkan niat untuk menerima tawaran itu.

 

Kami mampir sebentar di tanah agak lapang persis sebelum masuk hutan. Yap, ini lokasi ngaso pertama. Tapi mesti hati-hati karena lumayan banyak ranjau dari sapi-sapi. Selang beberapa menit kemudian ojek-ojek tadi sudah berpenumpang dan melesat masuk hutan. Beberapa peserta melambai-lambaikan tangannya, ada juga yang tersenyum malu-malu. Saya tergiur. Tapi masih urung. Tiba-tiba Emak menyetop ojek yang masih mencari penumpang lalu menawari keril saya untuk dibawa, judulnya sharing cost. Keril saya dihargai lima puluh ribu untuk diangkut sampai pos 2. Wah, lumayan, pikir saya. Tanpa ba bi bu langsung saya sodorkan keril 20kg itu. Kemudian saya melenggang dengan santuy menikmati trek selanjutnya, haha.

 



Pemandangan Menakjubkan di Pos 1 – Pos 2

 

Lepas dari ngaso, trek selanjutnya adalah hutan seperti trek awal di Gunung Putri Gede namun ini hampir sepanjang jalurnya landai. Suasana teduh oleh pohon-pohon membuat kami tidak terlalu kepanasan. Kurang lebih 20 menit akhirnya kami keluar dari trek hutan ini. Lalu kami disambut oleh hamparan savana lapang tak bertepi. Inilah salah satu view favorit Rinjani via Sembalun. Savana berbukit-bukit kecil terlihat persis dengan bukit-bukit di teletubis.

 



Kami sampai di pos 1 - Pemetan pada pukul 10.48 waktu setempat. Trek menuju pos 1 hampir mendekati landai semua. Lagi pula pemandangan se apik ini membuat rasa capek hilang seketika. Saya sudah salah duga yang mana awalnya saya pikir trek akan langsung berbukit-bukit, padahal landai. Saya merasa menyesal menitipkan keril di tukang ojek, etapi engga apa-apa biar save tenaga biar kuat gendong keril lepas dari pos 2, ehehe pembelaan. Begitu seterusnya trek menuju pos 2. Trek landai naik-turun tipis-tipis saja. Ohiya, tidak ada pohon ya, jadi benar-benar hamparan savana lepas. Pohon baru ditemukan saat hampir mendekati pos 2.

 




Titik terakhir ojek adalah pos 2. Tampak banyak motor trail berjejer dekat pos 2. Bapak-bapak ini menunggu pendaki yang turun. Jadi ternyata jarak antara bukit pemanasan – pos 1 – pos 2 memang panjang sekali. Jadi wajar saja harga awal jasa ojeknya adalah 250rb. Pokoknya harus pintar-pintar nawar, tapi jangan tegaan banget ya. Itung-itung buat bantu warga lokal.

 

Tepat sebelum tanjakan pos 2 ada sumber air, kebetulan juga saya yang turun ke bawah parit untuk mengisi botol-botol minum. Pukul 11:36 kami sampai di pos 2. Ngasonya sebentar aja karena awan tampak mendung, tidak lagi cerah. Khawatir nanti kelamaan di pos 2 malah ditinggal yang lain.

 




Pos 2 ini luas. Terdapat pondok-pondok dan pos jaga. Emak sudah sampai dari tadi, hanya menunggu kedatangan saya untuk mengambil keril. Dengan semangat 45 kelompok saya melanjutkan kembali pendakian ke pos 3 pada pukul 11:50. Mulai dari jalur ini lah kelompok-kelompok tadi terurai karena treknya mulai menanjak. Juga akhirnya saya kembali menggendong keril kesayangan yang khusus saya beli untuk pendakian Rinjani ini. Yok, semangat yok.

#bersambung.....







  • Share:

You Might Also Like

3 silakan tinggalkan komentar ya teman pembaca :)

  1. Seru banget ya kak, bikin pengin mendaki hehe

    ReplyDelete
  2. Wii akhirnya part 2 keluar yay!

    Perjalanan yang panjang ya mbak.
    Duh kebayang banget dapet bekal nasi dari warga lokal yang baik hati hehe. Ngebantu banget kalau lagi laper, dan bisa jadi untuk motivasi kaki berjalan terus (sambil ngebayangin saat-saat membuka bekalnya nanti haha)

    Ngaso-ngaso terus ya mbak Sonyaa, dari foto-fotonya keren banget.. aku ngga sabar pengen bisa cepat-cepat naik gunung Rinjani. What a dream come true!
    Aku tunggu part ke-3 ya hehe!

    ReplyDelete
    Replies
    1. panjaaaaang banget, sama kayak jalurnya yang panjaaang.

      iya banyakan ngaso nya karena kita pilih santai, engga terlalu memaksakan karena sampai di Sembalun aja udah panjaaang banget perjalanannya

      semoga kamu bisa segera ke Rinjani ya, berkabar kalau mau siapa tau aku bisa join haha

      Delete

silakan boleeh komentar yaa